Nightmare
Breaking News
Hari kamis tanggal 9 Mei 2012
lalu, saya dikagetkan dengan sebuah pesan pendek dari Ibu saya, bunyinya “Pesawat
Shukoi Jet 100 punya siapa ya? Dg 47 penumpang hilang kontak di sekitar Gn
Salak.”
Saya langsung berfikir, “siapa
Pilotnya? sedang apa shukoi di Jawa Barat? Shukoi bisa bawa 47 penumpang?? “ Maklum
yang saya tau Shukoi adalah pesawat tempur buatan Rusia, hanya kemudian saya
sadar, kalau penumpang ada 47 pasti itu pesawat angkut penumpang, hanya
maskapai penerbangan apa yang mengoperasikannya saya belum pernah tahu.
Sepulang saya dari kantor, saya
langsung menyalakan televisi, berita tentang hilang kontak pesawat tersebut
sedang menjadi headline di beberapa stasiun Tv, dan beberapa kabar dan
pertanyaan pun timbul dari berbagai kalangan, salah satunya adalah perihal
request terakhir dari pilot kepada tower (menara Air Traffic Controller) agar pesawat diijinkan untuk turun ke
ketinggian 6.000 kaki dari ketinggian semula 10.000 kaki, padahal ketinggian
puncak-puncak yang ada di gunung salak mencapai lebih dari 7.000 kaki.
Malam itu saya hanya berharap,
semoga seluruh awak dan penumpang pesawat tersebut selamat dan dapat segera di
evakuasi dari lokasi mereka terakhir, harapan saya kalaupun sampai pesawat
tersebut crash landing, semoga tidak menimbulkan korban jiwa.
Keesokan harinya saya mendapatkan
informasi dari seorang saudara sepupu saya yang mengatakan, salah satu
penumpang dipesawat tersebut adalah kerabatnya, seorang pramugari bernama Maria
Marcela, raut wajah tegang terlihat jelas di wajah saudara saya, dan ingatan
saya langsung tertarik ke beberapa tahun lalu.
Flash back
Akhir maret 2009, saya menelepon
seorang sahabat saya, Yudho Pramono namanya, saat itu saya ingin mengirimkan
kasur bayi untuk keponakan saya yang baru berusia 3 bulan di Lhokseumawe, Aceh,
kebetulan sahabat saya ini adalah seorang perwira penerbang pesawat angkut di
TNI AU, maksud saya apabila dia ada misi penerbangan ke Lhokseumawe Aceh, saya
ingin menitipkan kasur tersebut, karena saya tidak yakin saya bisa membawa
kasur beserta asesorisnya dengan penerbangan sipil, saat itu Yudho menyanggupi
untuk membantu saya apabila nanti ada jadwal misi penerbangan ke Aceh, dan
meminta saya untuk konfirmasi di minggu pertama atau kedua April 2009 untuk
memastikan.
Selang beberapa hari seorang
sahabat lain, Dhani Ariadi menelpon saya, Dhani menyampaikan keinginannya untuk
meminjam mobil saya untuk pertengahan April 2009, dan meminta saya untuk
menemaninya berkeliling Jakarta bila memungkinkan, Karena kekasihnya yang
tinggal di kota Padang akan datang ke Jakarta, sedangkan Dhani baru beberapa
bulan dipindah tugaskan ke Jakarta, sehingga dia kurang familiar dengan
lingkungan Jakarta. Dhani adalah seorang perwira TNI AU yang bertugas di
Batalyon Paskhas 407, dan sedang mengikuti Kursus Para Lanjut Tempur (penerjunan
tingkat lanjut) saat itu saya langsung menyanggupi permintaan sahabat saya
Dhani dan meminta agar dia reconfirm ke saya 2-3 hari sebelum hari - H.
Awal Persahabatan
Saya mengenal kedua sahabat saya
ini di Yogyakarta, ketika saya masih duduk di bangku kuliah, dan mereka sedang
mengenyam pendidikan di Akademi TNI AU di Yogyakarta.
Saya dan Yudho mulai sering
berkumpul ketika Yudho telah menyelesaikan pendidikannya di AAU dan sedang
mengikuti pendidikan lanjutan di Sekolah Penerbang TNI AU angkatan ke 70, saat
itu Yudho bersama beberapa rekan lain sering menghabiskan waktu pesiarnya di
rumah saya, Yudho juga sempat menitipkan motor Kawasaki Ninja RR 150cc kesayangannya
selama beberapa bulan kepada saya dan motor itu sering saya pakai untuk kuliah,
lumayan untuk gagah-gagahan di kampus pikir saya saat itu.
Setelah menyelesaikan pendidikan
di Sekolah Penerbang TNI AU, Yudho ditugaskan untuk melanjutkan konversi dari
pesawat latih bermesin propeler ke pesawat bermesin jet di Madiun, karena Yudho
dipilih untuk menjadi salah satu penerbang tempur di jajaran TNI AU saat itu,
setelah itu Yudho ditugaskan di Skuadron Hawk 100/200 di Pekanbaru, ketika
menjalani masa transisi di Pekanbaru, Yudho dianggap memiliki masalah dengan
kesehatan matanya karena Yudho mengenakan kacamata, maka dia dipindah ke
Skuadron angkut di Jakarta.
Sedangkan persahabatan saya
dengan Dhani dimulai ketika saya mendapatkan tugas dari kantor untuk
ditempatkan di sebuah proyek di kabupaten Kupang, Pulau Timor, Nusa Tenggara
Timur. Dhani kebetulan saat itu bertugas sebagai Komandan Tim SAR merangkap
Komandan Peleton di Flight D Paskhas (Kompi BS) di Lanud El Tari Kupang. Saya yang
bertugas jauh dari kota, seringkali mampir dan bermalam di kediaman Dhani yang
berada persis di pinggir kota.
Black April
Awal bulan April 2009, saya dan
Bapak saya berangkat menuju Lhokseumawe Aceh untuk mengunjungi adik, keponakan,
dan ibu saya yang sementara tinggal di Aceh untuk membantu adik saya, dengan
membawa kasur yang sedianya akan saya titipkan melalui sahabat saya Yudho, karena
ternyata Kasur beserta asesorisnya bisa saya bawa menggunakan penerbangan
sipil.
Ketika saya di Aceh, adik saya
yang juga mengenal kedua sahabat saya ini mengingatkan agar saya menghubungi
Yudho, untuk menyampaikan bahwa saya tidak jadi menitipkan kasur bayi, dan
sempat berpesan agar saya mengajak sahabat saya Dhani dan kekasihnya berkunjung
ke tempat-tempat wisata yang bagus di Jakarta. Waktu itu saya bilang ke adik
saya bahwa saya akan menghubungi Yudho setelah saya kembali ke Jakarta, dan
pasti Dhani dan pacarnya akan saya ajak ke tempat-tempat yang istimewa,
mengingat Dhani belum lama dekat dengan pacarnya, dan salah satu agenda
pertemuan Dhani dengan pacarnya adalah untuk membicarakan rencana pernikahan.
Tanggal 6 April 2009, saya dan
Bapak saya kembali ke Jakarta dengan cara naik mobil dari Lhokseumawe ke Medan
dan dilanjutkan dengan pesawat terbang dari Medan ke Jakarta. Ketika dalam
perjalanan menuju medan, kira-kira 2 jam sebelum tiba di Medan, saya menerima
telepon dari salah seorang sahabat adik saya yang juga mengenal Yudho, dia
menyampaikan ke saya, bahwa Yudho mengalami kecelakaan, pesawatnya terbakar,
tapi dia tidak tau persis kondisi Yudho saat itu.
Saya langsung terdiam, saya tutup
telepon, dan saya mencoba menghubungi salah seorang sahabat saya yang juga pilot
TNI AU dan menanyakan kebenaran kabar yang saya terima serta keadaan Yudho,
sahabat saya ini menjawab bahwa informasi resminya belum diketahui, tapi ada
kemungkinan total lost, tidak puas dengan jawaban ini, saya kembali menghubungi
sahabat yang lain jawaban yang kurang lebih sama saya dapatkan, ditambah satu
kabar mengejutkan lain, pesawat sedang membawa siswa PLT, dan salah satu siswa
yang ikut dipesawat tersebut adalah Dhani Ariadi.
Karena secara resmi belum ada
kepastian, saya menghubungi Ibu saya dan meminta agar Ibu saya dapat memantau
melalui Tv, sedangkan saya akan mencoba memantau melalui radio, saya juga
sempat berpesan kepada beberapa sahabat saya, agar apa bila ada kepastian kabar
mengenai kondisi Yudho dan Dhani agar mereka segera menginfo kepada saya. Akhirnya
ketika saya memasuki kota medan, kabarpun datang, seluruh penumpang beserta
crew pesawat tewas dalam kecelakaan tersebut.
Perasaan sedih karena kehilangan
dua sahabat disaat yang bersamaan, perasaan menyesal karena saya tidak segera
menghubungi Yudho ketika saya masih di Aceh, perasaan Menyesal karena saya
belum sempat membalas kebaikan sahabat-sahabat saya, perasaan kaget, dan rasa
tidak percaya tercampur menjadi satu.
Malam hari itu juga setibanya
saya dirumah saya langsung mengambil mobil saya dan meluncur menuju Pangkalan
Udara Halim Perdanakusumah, karena saya mendapat kabar bahwa jenazah akan
disemayamkan disana, saya tiba di Halim, tepat ketika jenazah sahabat saya juga
tiba, dan saya diinformasikan bahwa jenazah Dhani langsung dikirim ke Padang, kampung
halamannya. Kesedihan tampak jelas di wajah kedua orang tua Yudho, dan yang
paling menyayat hati saya adalah ketika melihat istri dan anak Yudho, Ara, yang
ketika itu mungkin baru berusia sekitar 5-6 bulan.
keesokan harinya, tanggal 07
April 2009, saya menyempatkan diri, untuk memberikan penghormatan terakhir bagi
sahabat saya Yudho di Taman Makam Pahlawan Kalibata, sekaligus mendoakan kedua
sahabat saya yang telah mendahului saya.
Entah kenapa, kejadian jatuhnya
pesawat penumpang Shukoi Jet 100 tanggal 09 Mei 2012 ini benar-benar menarik
ingatan saya ke 3 tahun lalu, saya seperti merasakan kembali apa yang pernah saya
rasakan lebih 3 tahun lalu.
Saya benar-benar berharap semoga
korban pesawat Shukoi saat ini dapat ditemukan dalam keadaan selamat walau
tampak kecil kemungkinannya.
Semoga saja…